cerpen
Gadis kecil
Oleh : Salsabilla Aulia Fitri
Bagi orang orang yang dibesarkan dengan kasih sayang mungkin bagi mereka hidupnya bahagia. Tetapi bagi orang sepertiku hidup itu sungguh menyakitkan. Aku ditelantarkan oleh orang tua kandungku saat masih baru lahir. Mereka meninggal kan aku dalam cuaca dingin di depan panti asuhan. Tidak hanya itu, disana aku juga mendapat perlakuan buruk. Bahkan aku tidak punya teman atau orang untuk mengadu, aku hanya bisa diam dan memendam perasaan yang terluka ini sendiri. Malam itu panti tempat tinggal ku terbakar dan menghanguskan segalanya. Semuanya mati kecuali aku.
“Mungkin aku benar benar anak yang tidak di inginkan” pikirku.
Sekarang aku sudah tidak punya tempat untuk pulang. Demi bertahan hidup aku bekerja di penginapan sebagai tukang cuci piring. Aku pikir disana aku bisa mendapat sedikit kebahagiaan, tetapi ternyata tidak. Mereka enggan memberiku makan. Bahkan saat aku sakitpun tidak diperbolehkan untuk sekedar beristirahat. Sampai ingin mati saja rasanya. Karena sudah tidak tahan dengan penderitaan ini aku pun kabur dari sana dan lari ke hutan. Karena berlari sangat jauh aku merasa haus. Disaat itu juga, aku melihat sebuah sumur yang tampak sangat tua.
“bagaimana ada sumur ditengah hutan belantara begini” gumamku.
Awalnya aku pikir itu hanya halusinasi karena keadaanku yang tidak stabil. Saat kupegang ternyata itu asli dan masih berair, dan tanpa pikir panjang aku dengan segera menurunkan ember yang ada disana dengan katrol tua. Saat ingin menariknya kembali keatas dinding yang ada disekeliling sumur roboh aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam. Aku pikir ini adalah akhir hidupku yang tragis.
Dari situ aku kehilangan kesadaran dan terbagun di antara rerumputan. Disaat kupikir aku sudah mati aku melihatnya, mahkluk dengan badan tinggi besar, kulit yang pucat, mata yang berwarna merah padam, serta ada tanduk di sela rambutnya.
“apakah kau malaikat maut?” tanyaku. “Bukan” jawabnya dengan dingin.
“berarti aku belum mati ya?” tanya ku lagi. “Entahlah” jawabnya lagi, kemudian pergi.
Karena aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi, akupun mengikutinya dan menanyakan tentang apa yang terjadi. Tapi dia diam saja dan terus berjalan. seketika aku melihat banyak siluman yang bersembunyi dibalik pepohonan dan terus melihat kearah ku.
“Apa mereka ingin memakan ku!? Sebentar…berarti dia juga siluman!? Hei kau memancingku dengan rasa penasaranku supaya kau bisa memakanku bersama teman- temanmu benar kan!?” ucap ku.
“aku tidak punya teman, lagi pula aku juga tidak selera melihat manusia, dan lagi kenapa kau terus mengikutiku..pulang sana!” ucapnya.
“aku tidak tahu caranya kembali, juga aku sudah tidak punya rumah untuk pulang lagi” jawab ku.
” terserah kau” jawabnya.
“ngomong-ngomong namamu sia..-“ saat itu dadaku tiba-tiba terasa sesak, kepalaku pusing, dan kesadaran ku pun mulai hilang.
Setelah itu tidak tahu bagaimana tiba-tiba saja aku terbangun dan berada di menara tua. Saat aku menoleh ke kanan aku melihat siluman yang tadi. Aku terkejut, dia memandangku dengan tatapan dingin, rasanya sangat canggung. aku mulai bicara untuk mencairkan suasana. ”Apa kau yang menolongku?”, terima kasih” ucapku dengan malu. Tetapi dia tidak menghiraukanku. Karena situasi lebih canggung dari yang tadi, aku pun mengganti topik.”Hei tadi kau sungguh menolongku kan?”tanyaku lagi. “kalau iya kenapa?” jawabnya. “Kau bilang tadi tidak punya teman kan? Aku juga tidak punya teman, dan karena sepertinya kau baik, jadi apa kau mau berteman denganku? ucap ku. “tidak terima kasih, dan lagi aku ini bukan orang baik, kau bisa celaka kalau berada didekatku” jawabnya. “Oh begitu, jadi kau bukan orang baik ya kalau kau tidak baik mengapa kau menolongku, juga kenapa kau ingatkan aku kalau berada di dekatmu aku bisa celaka? Itu berarti kau orang baik” ucapku. “terserah pokoknya kita tidak boleh berteman” jawabnya. “kenapa” tanya ku. tiba-tiba vas bunga disampingku jatuh karena tersenggol tanganku. Dengan cepat dia menangkap vas dan tangannya tidak sengaja menyentuh bunganya seketika bunga itu pun mati seperti tidak disirami air, padahal tadi bunganya masih segar. “kau lihatkan kalau aku menyentuh makhluk hidup dia akan mati” ucap siluman itu. jadi bagaimana kau membawa ku kesini?” tanya ku. “teleportasi, aku memindahkanmu dengan itu” jawabnya. “Ngomong-ngomong siapa namamu?”tanyaku. “kau orang pertama yang bertanya seperti itu, kenapa kau menanyai hal itu?” tanya nya.”Kau
orang pertama yang berbaik hati padaku jadi aku harus tau nama mu dong” jawabku. “jadi begitu, Niger panggil aku begitu” ucapnya sambil berjalan pergi. Lalu dia berhenti dan berkata “kau bilang tidak punya tempat tinggalkan, kau bisa tinggal disini untuk beberapa waktu”ucapnya lagi. “wah benarkah? Kau sangat baik, berarti kita sekarang teman kan?” tanya ku. “yasudah terserah kau.” Jawabnya.
Besoknya, aku melihat Niger berdiri diluar saat aku sedang berjalan mengelilingi menara. “kau sedang apa” tanya ku. “aku ingin keluar sebentar” jawab Niger. “kemana?” tanyaku. “berburu” jawabnya. “Wah boleh aku ikut?” ucapku. “apa kau bisa menangkap ikan?”ucapnya. “aku baru kali ini berburu, tapi aku akan mencoba sebisa ku” ucap ku. “baiklah” ucapnya. Setibanya dihutan aku diajarkan oleh Niger berburu sangat menyenangkan. Lalu kami pergi ke sungai untuk mengangkap ikan. Hasil tangkapannya lumayan banyak. saat dalam perjalanan pulang lagi lagi aku melihat para siluman yang bersembunyi. Hey kenapa setiap kita lewat para siluman itu bersembunyi terus” tanya ku. “mereka melihat kearah ku, mereka tidak suka karena kemampuan ku, abaikan saja!” ucap Niger. Aku sebenarnya sedikit kasihan dengannya karena dia berbeda dia dijauhi. Setelah sampai di menara Niger memasak untuk ku baru kali ini ada orang yang benar benar seperti keluarga ku, pikirku.
Setiap hari aku dan Niger semakin dekat layaknya ayah dan anak. Mungkin ini pertamakalinya bagi ku merasakan kebahagiaan. Suatu hari aku dan Niger duduk di padang rumput tempat pertama kali aku bertemu dengan nya. Dia menanyakan bagaimana aku bisa sampai ketempat ini aku menceritakan dari aku yang tinggal di panti sampai sekarang. Niger juga menceritakan tentang dirinya. Ternyata kedua orang tuanya meninggal saat mereka menyentuhnya ketika baru lahir. semua pelayan rumahnya pergi satu per satu karena takut dengan Niger. Hanya ada satu pelayan yang merawatnya sampai pelayan itu pun meninggal.
“ hei apa kau tidak ingin menemui orang tua kandungmu? Tanya Niger. Untuk apa menemui orang yang membuang ku ketika baru lahir. lagi pula aku tidak tahu mereka dimana dan sedang apa sekarang” ucap ku. kalau seandainya aku katakan aku bisa menemukan mereka dalam sekali lihat, apa kau mau bertemu dengan mereka?” ucap Niger. Mungkin” jawabku sekenanya…ajaib, seketika aku melihat orang tua ku, ternyata mereka sudah lama meninggal dibunuh karena terlilit hutang. Sekarang aku mengerti kenapa mereka meninggal kan ku di depan panti. Aku juga menyesal karena berburuk sangka kepada orangtuaku. Air mata ku menetes dengan sendirinya.
Sudah satu minggu aku tidak makan. Niger membujukku untuk makan hanya sesuap dan setelah itu aku tidak ingin makan lagi, sampai akhirnya aku sakit. Malam nya aku mengajak Niger lagi ke padang rumput untuk melihat bintang awalnya tidak boleh karena aku sedang sakit, tetapi aku bilang “bagaimana kalau ini pertemuan terakhir kita?”. Dengan berat hati akhirnya Niger mengizinkan tapi aku harus berpakaian tebal karena diluar dingin, Sesampainya dipadang rumput aku bertanya kepada Niger “hey apa aku boleh memanggil mu ayah”tanyaku. Ada apa, kenapa tiba tiba kau ingin memanggilku Ayah?” tanya Niger.. Mungkin hidup ku sudah tidak lama lagi jadi aku ingin mengungkapkan perasaan ku,
semenjak kau menyuruhku tinggal disini aku jadi menganggap mu seperti ayahku sendiri. Jadi tolong biarkan aku memanggilmu ayah untuk terakhir kalinya” ucap ku dengan suara lirih. Apa yang kau bicarakan jangan bicara begitu kau pasti bisa sembuh jadi kumohon jangan bicara seperti itu lagi” ucap Niger. lalu aku memegang tangan Niger sambil bilang selamat tinggal. He-hey apa yang kau lakukan kau bisa mati” ucap Niger. tidak apa aku senang bisa dibunuh oleh mu” ucap ku. “bodoh!!” bagaimana bisa kau seperti ini kau ingin meninggalkan ku sendiri! Aku sangat menyayangi mu seperti anak sendiri kau orang pertama yang membuatku merasakan kasih sayang. kau bisa memanggil ku ayah setiap saat, jadi tolong jangan mati” ucap Niger sambil meneteskan air mata. Jangan menangis ayah tidak boleh menangis aku tetap ada disisimu walau jasadku sudah tidak ada lagi” ucap ku sambil menahan sakit. Ternyata mati itu memang menyakitkan tapi karena Niger memelukku dengan erat aku tidak bisa merasakan sakitnya. Detik-detik terakhir samar-samar kudengar “aku menyayangimu…selamat jalan…beristirahatlah dengan tenang karena ini dunia memang kejam untuk mu”.
31 Desember 2021
12,675 total views, 2 views today
Tinggalkan Balasan